Makalah Sistem Integumen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
MAKALAH SISTEM INTEGUMEN
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ichtyologi
Dosen
: Dr. Uun Yanuhar, S.Pi., M.Si
Disusun oleh:
Maria Alfonsa Okta Primadhita (185080100111030)
Fika Fitrianesia (185080100111002)
Adhi Pandya Nugroho (155080507111012)
Vadia Cahyani (185080100111046)
Putri Fransionita (185080101111022)
Rani Septiningtyas (185080101111018)
Achmad Firu Yuda Putra (185080100111036)
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem
Integumen”. Tidak lupa, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Uun
Yanuhar, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Ichtyologi dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini.
Makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Ichtyologi di program studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, dan dapat menambah wawasan.
Penulis menyadari
bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karenanya penulis memohon maaf apabila
terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Kepada seluruh pembaca yang
bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam rangka
penyempurnaan makalah ini selajutnya, kami buka tangan selebar-lebarnya untuk
apresiasi tersebut dengan hati yang terbuka dan ucapan terimakasih.
Malang, Maret 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISIiii
2.5 Fungsi sisik pada
ikan................................................................................15
2.5.2 Kelenjar racun.....................................................................................16
BAB
III18
PENUTUP18
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Integumen
adalah sistem yang di dalamnya terdapat organ dengan fungsi yang
bermacam-macam. Sistem integumen terdiri dari kulit yang sebenarnya dan
derivat-derivatnya. Contoh modifikasi dari sisik adalah gigi pada ikan hiu,
scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan. Kulit, terdiri dari 2
lapisan utama yang letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang
meliputi otot dan struktur permukaan lain. Sedangkan derivate integumen yaitu
struktur yang berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit sebenarnya.
Contohnya, kelenjar ekskresi (struktur lunak) dan eksoskelet (struktur keras).
Karena
bervariasinya integumen pada vertebrata, maka fungsi dari integumen itu sendiri
berbeda beda pada setiap jenisnya. Selain melindungi ikan dari lingkungan sekitarnya,
sistem integumen pada jenis ikan tertentu dapat berfungsi sebagai alat untuk
mempertahankan diri ataupun juga untuk menyerang mangsa.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a) Apa yang dimaksud dengan
Sistem Integumen pada ikan?
b) Apa saja macam macam bentuk
sisik ikan?
c) Apa manfaat dari sistem
integumen pada ikan?
1.3 TUJUAN
a) Untuk mengetahui sistem
integumen pada ikan
b) Untuk mengetahui macam bentuk
sisik ikan
c) Untuk mengetahui manfaat dari
sistem integumen pada ikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Integumen
Sisik ikan
termasuk bagian dari Integumentary System
atau Sistem Kulit. Sisik ikan berguna untuk melindungi hewan dari
lingkungan sekitarnya. Selain dilindungi oleh sisik, ikan juga dilindungi oleh
lapisan lendir yang bersifat sebagai antiseptik. Tentunya, ada berbagai macam
bentuk sisik ikan (Aziz et al., 2017).
Seluruh bagian tubuh ikan diselimuti oleh sisik, kecuali pada bagian mata
(kulit transparan). Berikut adalah beberapa fungsi dari sistem kulit pada ikan
:
1.
Melindungi
ikan dari ancaman yang ada di lingkungan sekitar
2.
Membantu
pernafasan ikan
3.
Sumber
warna tubuh
4.
Sumber
bau dari sekresi lendir
Kulit ikan, terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu :
2.1.1
Epidermis
Menurut
(Pahlawan
& Kasmudjiastuti, 2012) epidermis adalah lapisan luar
kulit. Strukturnya berbentuk selular dan terdiri dari lapisan-lapisan sel
epithel yang dapat berkembangbiak dengan sendirinya. Lapisan epidermis tidak
terdapat pembuluh darah, jadi zat makanannya diperoleh dari pembuluh darah lipa
yang terdapat di dermis (corium). Ketebalan lapisan epidermis sangat bervariasi
tergantung pada bagian tubuh, umur, jenis kelamin, tahapan siklus reproduksi,
dan keadaan lingkungan. Lapisan epidermis ikan terdiri atas sel-sel epitel
pipih dan kubus, sel mukus, sel limfosit, sel makrofag, dan sel spesifik pada
spesies ikan tertentu. Menambahkan bahwa sel epitel pada kulit ikan merupakan
jaringan metabolik yang sangat aktif. Epitel terluar dari kulit ikan sangat
aktif membelah sehingga dirombak secara teratur dan selalu mempertahankan
keseimbangan antara proliferasi dan diferensiasi.
Menurut
Yonkos, et al (2000), sistem
Integumen kepala, bagian melintang (Formalin, H&E, Bar = 34,3 µm) terbagi
menjadi 8 yaitu :
1.
Epidermis
2.
dermis
(stratum compactum)
3.
hypodermis
(Sambungan areolar tisu)
4.
sel
epitel
5.
sel
alarm
6.
mengembara
leukosit
7.
kromatofora
(melanosit)
8.
arteriol
dan venula
Gambar 1. SISTEM INTEGUMENTER: Integumen kepala, bagian
melintang (Formalin, H&E, Bar = 34,3 µm).
Sumber
: Aquatic Pahtobiology Laboratory, digital atlas of fathed minnow, Univercity
of Florida
Menurut
Yonkos, et al (2000), sistem
integumen atau kulit ikan kecil fathead terdiri dari dua lapisan, epidermis
luar dan dermis yang mendasarinya. Epidermis juga dibagi menjadi lapisan
fusiform luar yang terdiri dari sel epitel skuamosa bertingkat dan lapisan
basal (stratum basale) dari sel germinal yang tidak berdiferensiasi. Secara
umum, ketebalan epidermis paling besar pada permukaan dorsal dan menuju kepala
(10-15 sel) dan menipis secara kaudoventral (2-3 sel). Dermis terutama terdiri
dari jaringan ikat kolagen yang dibedakan sebagai stratum compactum, matriks
kolagen padat yang memberikan kekuatan struktural dan stratum spongiosum,
jaringan longgar serat kolagen dan retikulin. Dermis juga mengandung sel-sel
pigmen yang disebut kromatofora.
Sel-sel
lain yang ditemukan dalam epidermis termasuk; sel lendir, sel alarm, dan
perasa. Sel-sel mukosa berasal dari sel-sel basal yang tidak berdiferensiasi
ketika mereka bertambah besar dan bermigrasi ke permukaan. Sekresi lendir,
terutama terdiri dari glikoprotein, membentuk lapisan pelindung berlendir.
Fungsi yang dikaitkan dengan mantel ini termasuk pengurangan drag. penghindaran
predator, dan isolasi sel epitel surficial dari bakteri. Imunoglobulin, juga
ada dalam lendir, memberikan perlindungan tambahan terhadap infeksi. Sel-sel
alarm, yang ditemukan dalam kepadatan terbesar di kepala, melepaskan zat-zat
demam (Schreckstoff) ketika pecah. Setelah terdeteksi zat ini memicu respons
penghindaran predator di fatheads lain dan dapat berfungsi untuk mengurangi
kanibalisme.
Kuncup
pengecap kulit, juga ditemukan terutama pada permukaan kepala dan perut,
bersifat kemoreseptif dan membantu dalam menentukan lokasi makanan. Biasanya
tunas pengecap adalah struktur berbentuk bola yang terdiri dari sel sensorik,
basal, berkelanjutan, dan marginal. Mereka berasal dari membran basal yang
sering menonjol di atas permukaan epitel. Kuncup pengecap kulit dipersarafi
oleh cabang-cabang saraf wajah (saraf kranial VII). Menonjolnya lobus wajah
medula oblongata menunjukkan ketergantungan pada ikan kecil pada sensasi
gustatory.
Ikan
kecil Fathead ditutupi dengan baju besi dari sisik sikloid (kecuali pada kepala
mereka yang, seperti semua Cyprinidae, tanpa kulit). Sisik sikloid adalah
tembus, pelat aselular dari jaringan kolagen yang berlabuh dalam kantong skala
dermal di stratum spongiosum tetapi memproyeksikan melalui membran dasar ke
epidermis. Mereka ditutupi oleh epitel
skuamosa tipis yang tetap berbeda dari jaringan epidermis. Timbangan saling
tumpang tindih satu sama lain dengan cara diikat dengan ujung bebas diarahkan
caudad. Mereka cenderung berukuran sedang tetapi jauh berkurang dan tidak
teratur diatur di wilayah predorsal (antara kepala dan sirip punggung).
Mengembangbiakkan
ikan kecil jantan fathead mengembangkan tuberkel perkawinan terangsang dan pad
tengkuk. Tuberkel adalah keras (karatenized), struktur kerucut yang berasal
dari sel epidermis. Sebanyak 24 tuberkel besar dapat terbentuk dalam beberapa
baris di daerah anterior dan internasional moncong. Tuberkel berfungsi dalam
agresi antara pejantan, stimulasi seksual betina, dan pemeliharaan tempat
pemijahan. Bantalan tengkuk berkembang pada dan menutupi permukaan dorsal dari
tepi kepala hingga sirip punggung. Pad khusus ini mengandung sel-sel yang
mengeluarkan mukus dan perasa. Fungsi yang disarankan dari tengkuk termasuk
menandai situs pemijahan, penilaian kemosensorik kondisi telur, dan
perlindungan fungisida massa telur.
Gambar
2. Epidermis
Sumber
: izzy, 2015
Menurut
Izzy (2015), bagian epidermis (synthesis of keratin) selalu basah karena
sel-sel kelenjar lender di seluruh permukaan tubuh dan bagian epidermis bawah
(Stratum germinativum) aktif membelah untuk mengganti sel yang terlepas untuk
pertumbuhan kulit/sisik baru.
Menurut
Nurjannah et al(2015), epidermis tak
hanya berperan sebagai pelindung, namun juga memiliki fungsi lainnya antara
lain :
1.
Pelindung
Lapisan epidermis terletak pada bagian luar
yang berbatasan dengan lingkungannya. Perlindungan lapisan epidermis ini
berfungsi untuk melindungi dari ancaman infeksi patogen atau lainnya. Maka
bentuk-bentuk perlindungan yang dilakukan oleh lapisan epidermis antara lain
ialah menghasilkan lendir. Fungsi lendir selain untuk melindungi tubuh ikan
juga memiliki fungsi agar tubuh ikan tetap lembab dan juga memudahkan
pergerakan ikan di dalam air.
2.
Osmoregulasi
Lapisan epidermis berbatasan langsung dengan
lingkungan, oleh karenanya ia akan menjadi salah satu organ osmoregulasi pada
hewan, seperti halnya pada ikan. Melalui lapisan ini pengikatan atau pelepasan
air dan juga mineral akan berlangsung secara difusi.
3.
Eksresi
Bersamaan
dengan fungsi osmoregulasi yang dilakukan oleh kulit melalui epidermis juga
akan dibuang senyawa-senyawa yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.
4.
Identifikasi
Pada
bagian epidermis terdapat pigmen warna yang dijadikan sebagai alat untuk
identifikasi jenis atau tipe ikan. Lapisan epidermis tersusun atas beberapa
lapisan sel yang lebih tipis dibanding lapisan dermis. Pada lapisan yang
berbatasan dengan lapisan dermis terdapat lapisan yang berperan untuk
regenerasi sel yang aktif mengadakan pembelahan sel guna menggantikan sel-sel
yang mengelupas.
Menurut Yonkos, et al (2000), system integumen pada
bagian penduncle caudal atau bagian memanjang terbagi menjadi 10 bagian yaitu :
1. epidemis
2. scale pocket
3. dermis (stratum compactum)
4. muscle
5. scales
6. squamous epithelial cells
7. undifferentiated basal cells
8. alarm cell
9. mucous cells
10. taste bud.
Gambar 3. SISTEM
INTEGUMENTER: Peduncle Caudal, bagian memanjang (Formalin, H&E, Bar = 31,7
µm).
Sumber : Aquatic
Pahtobiology Laboratory, digital atlas of fathed minnow, Univercity of Florida
Menurut Yonkos, et
al (2000), system intugmenter skala terbagi menjadi 4 yaitu :
1.
Radii
2.
Circuli
3.
Fokus
4.
pori garis lateral (tidak selalu hadir).
Gambar 4 SISTEM INTEGUMENTER: Peduncle Caudal, bagian memanjang
(Formalin, H&E, Bar = 31,7 µm).
Sumber : Aquatic
Pahtobiology Laboratory, digital atlas of fathed minnow, Univercity of Florida
2.1.2
Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah
epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Terdiri dari lapisan
elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.
Untuk ikan bersisik digunakan untuk produksi sisik (intergumen derivate) (Mayer, et
al., 2013). Contoh lapisan dermis:
Gambar 5.
Jaringan Dermis
Sumber
: Mayer, et al., (2013)
2.2 Tipe
Sisik Ikan
Menurut
KBBI sisik merupakan lapisan kulit yang keras dengan keping-keping (pada ikan,
ular, kaki ayam, dan sebagainya). Pengertian sisik adalah sistem penutup tubuh
pada ikan yang yang berupa tulang lunak tipis yang tersusun dari unsur mineral
kapur. Sisik ikan berfungsi sebagai pelindung bagian anatomi maupun
morfologinya. Secara umum golongan ikan primitif memiliki sisik yang keras.
Sedangkan pada ikan modern kekerasan sisiknya sudah lebih fleksibel. Tipe sisik
ikan dibagi menjadi 5, yaitu cosmoid, ganoid, placoid, cycloid, dan ctenoid.
1.
Sisik
Cosmoid
Gambar
6. Sisik Cosmoid
Sumber : The Diversity of Fishes
Sisik
Cosmoid adalah sisik yang hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitif
yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Pertumbuhan sisik ini
hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel
hidup yang menutup permukaan. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan
yaitu:
a.
lapisan
terluar adalah vitrodentine yang dilapisi semacam enamel
b.
lapisan
terkuat dan noncelullar adalah lapisan cosmine
c.
Isopedine
yang meterialnya terdiri dari subtansi tulang
Salah
satu contoh ikan dengan tipe sisik cosmoid adalah jenis ikan Latimeria
chalumnae (coelacanth).
2.
Sisik
Ganoid
Gambar
7. Sisik Ganoid
Sumber : The Diversity of Fishes
Sisik
tipe ganoid pada umumnya berbentuk seperti belah ketupat serta memiliki pengait
dan sambungan soket diantara sisik-sisik tersebut yang bertujuan untuk saling
menguatkan. Ganoid merupakan sisik yang lapisan terluarnya berupa penumpukan
garam garam anorganik biasanya disebut dengan ganoine, kemudian lapisan
berikutnya yaitu cosmine, dan lapisan paling dalam adalah isopedine. Jenis
sisik ini ditemukan pada fosil primitif Actinopterigii dan
Chondrostei.
Contoh ikan pada jenis sisik ini adalah Polypterus, Lepisostidae seperti ikan
gars, Acipenceridae dan Polyodontidae.
3.
Sisik
Placoid
Gambar 8. Sisik Placoid
Sumber : The Diversity of Fishes
Menurut
Kilawati (2017), Sisik placoid ditemukan pada golongan elasmobranchi (ikan
bertulang rawan) yaitu ikan Chondrichthyes seperti ikan hiu dan pari. Sisik
ikan placoid memiliki susunan seperti gigi yaitu mendapat pelindung email di
bagian terluar, sedangkan pada bagian dalam terdapat pembuluh darah dan syaraf.
Sisik placoid sendiri berbentuk segitiga yang bagian basalnya mendatar dan
menempel pada lapisan dermis serta ujung yang menonjol menghadap ke arah posterior.
Pada lapisan terluar sisik placoid memiliki susunan enamel keras seperti
vitrodentine yang merupakan komponen nonselular berasal dari derivat lapisan
ektoderm yang memiliki kandungan organik rendah. Adapun pada bagian ujung dari
sisik terdapat rongga yang penuh dengan pembuluh darah kapiler. Struktur inilah
yang mirip seperti pada gigi mamalia sehingga sisik plakoid dikatakan sebagai “dermal
denticle”.
Sisik
baru akan menggantikan sisik yang lama, jika pertumbuhan sisik tidak mengalami
penambahan ukuran. Sisik placoid pada bagian kepala ikan hiu dapat menggantikan
posisi gigi ikan hiu yang mungkin tanggal. Bagian yang kosong karena giginya
tanggal, akan diisi oleh sisik placoid di sekitar mulut. Hal tersebut dapat
menyempunakan kembali gigi ikan hiu.
4.
Sisik
Cycloid
Gambar
9. Sisik Cycloid
Sumber : The Diversity of Fishes
Menurut
Kilawari (2017), Sisik cycloid memiliki bentuk yang tipis serta nampak
bergaris. Sisik ini juga tidak mengandung dentine. Bagian luar dari sisik
cycloid halus tanpa duri, lain hal dengan sisik ctenoid yang berduri pada
bagian luar. Sisik cycloid dimiliki oleh golongan ikan yang berjari-jari lemah
(Malacoptrerygii). Sisik tipe cycloid (cyclo=lingkaran) memiliki dua lapisan,
yakni lapisan yang berupa tulang yang tersusun dari bahan organik berupa garam
kalsium dan lapisan berikutnya adalah lapisan fibrous (serat) yang tersusun
dari kolagen.
5.
Sisik
Ctenoid
Gambar
10. Sisik Ctenoid
Sumber : The Diversity of Fishes
Menurut
Kilawati (2017), sisik Ctenoid memiliki bentuk yang tipis serta nampak
bergaris. Sisik Ctenoid berduri dibagian luar, sedangkan sisik cycloid bagian
luarnya halus tanpa duri. Sisik stenoid dimiliki olah golongan ikan
berjari-jari keras (Acanthopterygii). Sisik ctenoid memiliki sejumlah duri-duri
halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Sisik yang
terlihat pada bagian belakang
(posterior) berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena pada
bagian posterior mengandung butir-butir pigmen (chromatophore).
Pertumbuhan
pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau
enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel
dantransparan.
2.3 Garis
rusuk pada ikan
2.3.1 Linea Lateralis (LL)
Sisik
ikan yang di hitung adalah sisik berpori atau gurat sisi atau linea lateralis.
Bentuk deretan dan jumlah sisik tersebut tidak sama untuk masing-masing species
ikan. Sisik linea lateralis dihitung dari depan (dekat kepala) kearah ekor.
Contoh jumlah sisik linea lateralis untuk ikan A adalah sebanyak 32. Jika linea
lateralis suatu jenis ikan tidak lurus seperti pada ikan kuweh (Carangidae),
maka jumlahnya tetap dihitung mengikuti arah gurat sisi yang berbelok tersebut.
Jika bentuk Linea lateralis terbagi dua seperti ikan buntal pada, maka dihitung
dulu bagian pertama, kemudian bagian kedua yang arahnya lebih ke belakang. Jika
ikan mempunyai gurat sisi yang banyak seperti ikan belanak, maka dihitung satu
garis saja diambil yang garisnya terletak di tengah, seandainya linea lateralis
itu tidak jelas atau tidak ada maka dihitung jumlah sisik di tempat biasanya
garis rusuk itu berada. Jumlahnya ditulis dengan angka biasa. Contoh
penulisannya: 1. LL 30-32 (LL terdiri dari
30-32 sisik) 2. LL 18-20 ; 12-14 (jika
LL terputus) berarti LL terdiri dari 18-20 sisik berpori di bagian anterior dan
sebanyak 12-14 sisik berpori di bagian posterior yang terputus dengan bagian
anteriornya.
2.3.2 Linea Transveralis (LT)
Linea
transversalis adalah sisik transversal atau sisik yang terletak antara dorsal
dengan ventral. Sisik tersebut dihitung dari sirip dorsal yang terdepan kearah
linea lateralis, kemudian yang kedua dihitung dari depan sirip anal kearah
linea lateralis. Sisik linea transversalis dapat juga dihitung dari sirip
dorsal kearah sirip anal. Kemudian jumlah sisiknya dihitung dari arah dorsal ke
linea lateralis misal ada 4 sisik linea lateralis dihitung satu sisik dan dari
sirip anal ke arah Linea lateralis misalnya ada 6 maka linea transversalis
(LTr) adalah 4/6. Ltr dihitung dengan cara menarik sebuah garis lurus searah
dengan miringnya barisan sisik vertikal mulai dari anterior dasar sirip dorsal
ke arah ventral hingga perut. Apabila garis ini di mulai di dasar sirip perut
maka jumlah sisik Ltr di bawah sisik berpori dihitung dengan menarik garis
lurus dari anterior dasar sirip dubur ke arah dorsal tubuh. Sisik dibagian
dorsal ataupun ventral biasanya mencakup kedua sisi tubuh, sehingga dalam
penulisan di bagian LL dianggap mempunyai 0,5 sisik. Contoh: Ltr 4,5.1.5,5
artinya linea transversalis terdiri dari 4,5 buah sisik dorso-transversal
(antara bagian dorsal sampai sisik berpori), I buah sisik berpori dan 5,5 buah
sisik ventraltransversal (barisan sisik antara sisik berpori sampai bagian
ventral).
2.4 Pigmen warna pada ikan
Pigmen
adalah benda-benda dalam sel atau jaringan yang mempunyai warna sendiri, baik
sewaktu masih dalam keadaan hidup maupun setelah difiksasi, walupun tidak diwarnai
(Papilon dan Effendi, 2017)
Pada beberapa jenis ikan memiliki
kemampuan untuk menghasilkan tanggapan terhadap lingkungan berupa perubahan
warna kulit. Pewarnaan pada ikan berfungsi sebagai penyamaran,mengelabui
musuh,atau pemberitahuan untuk pengenalan seksual pada lawan jenisnya. Pewarnaan pada ikan disebabkan oleh
schemachrome yang dikarenakan konfigurasi
fisik (warna rangka, warna iris mata)
Warna ikan
laut dapat dibagi :
a. Hidup di permukaan : perak
b. Hidup di tengah : kemerahan
c. Hidup di dalam/dasar : violet s/d hitam
Biochrome ( pigmen
pembawa warna ):
- carotenoid
: kuning merah
-
chromolipoid : kuning s/d
coklat
-
indigoid : biru,
merah, hijau
-
melanin : merah &
coklat
-
perphyrin (pigmen empedu): merah, kuning, hijau, biru
-
flavins : kuning dengan fluoresensi
hijau
-
purine : putih
keperakan
-
pterine : putih,
kuning, merah dan orange
Terdapat 2 macam sel
yang memberi warna ikan
1) Iridocyte
(leucophore & guanophore),
tersusun
dari guanin, dapat
merefleksikan warna di luar tubuh=
sel kaca
Menurut
Burhanuddin (2015), pewarnaan dapat untuk
mengelabui musuh
seperti pada ikan tawes, kembung, gabus, bandeng, dan tembang memiliki bagian Dorsal gelap
& Anal putih. Contoh lain yaitu pada ikan
kupu-kupu (Forcipinger longirostris)
yang hidup di daerah karang mampu memecahkan warna tubuhnya menjadi bentuk
organ tubuh, warna demikian dipergunakan untuk memecah bentuk atau mengaburkan
bentuk asli ikan.
Ikan dapat berubah
warna karena, menjadi
jelas atau pucat :
-
secara cepat disebabkan
adanya stimuli cahaya & stimuli
mata
-
secara lambat disebabkan oleh adanya hormon
Pemiripan warna
secara umum antara ikan dan latar belakangnya baik secara perlahan maupun cepat
merupakan karakteristik dasar ikan untuk menyamai dengan lingkungan atau
habitat mereka berada (mimicry).
2)
Chromatophore
terdapat dalam dermis terdiri dari butir pigmen
yang dapat
menyebar dan berkumpul,
jika
berkumpul memberi warna pucat sedangkan jika menyebar
membuat warna menjadi jelas/ikan berwarna cerah
Chromatophore
dasar ada 4 :
a.
Erythrophore : merah & orange
b. Xantophore
: kuning
c.
Melanophore : hitam
d.
Guanophore : putih / keperakan (irydococyte)
2.5 Fungsi sisik pada ikan
2.5.1 Organ cahaya pada makhluk hidup
Beberapa
makhluk hidup memiliki kemampuan khusus untuk menciptakan dan mengeluarkan
cahaya sendiri dari tubuhnya. Perisrtiwa tersebut disebut dengan
bioluminescense. Kemampuan menciptakan cahaya sendiri dimiliki oleh
kunang-kunang / insekta, plankton / noktikula, cacing lamprydae, cumi-cumi dan
ikan.
Sumber
cahaya tersebut didapatkan dari masing-masing organisme dengan penjelasan
sebagai berikut:
1.
Bakteri
yang bersimbiosis deengan ikan mengeluarkan cahaya dari kantong kelenjar
epidermisnya, seperti contohnya ikan leweri batu (photoblepharon) dan leweri air (Anomalops)
2.
Beberapa
jenis ikan seperti golongan photophore /
photocyte.
3.
Organisme
Malacocephalus dengan cahaya hingga
10 meter dan gelombang cahaya 410 sampai dengan 600
serta
tidak bersimbiosis dalam mengeluarkan cahaya.
Gambar 11. Photoblepharon palpebratum
Sumber
: Fishbase, 2019
2.5.2 Kelenjar racun pada makhluk hidup
Beberapa organisme mempunyai kemampuan untuk
memodifikasi lender mereka menjadi bersifat toksik atau racun yang memiliki
fungsi sebagai berikut:
1.
Sebagai
alat untuk mempertahankan diri
2.
Sebagai
alat untuk menyerang musuh atau mangsa
3.
Sebagai
sarana untuk memakan mangsa
Pada
umumnya ikan beracun hidup pada dasar perairan dan bergerak lamban, seperti
contohnya Dasyatidae, Myliobatidae dan
Chimaera.
Racun segar dapat mematikan makhluk
hidup lain, seperti:
1.
Tikus
setelah 11 menit terkena racun
2.
Kodok
setelah 41 menit terkena racun
3.
Anjing
yang dapat disembuhkan selama 8 hari
Berikut merupakan
ikan–ikan yang memiliki racun dalam tubuhnya, Antara lain:
1.
Lepu
Tembaga (Synanoeja sp.) yang
habitatnya berada di karang atau pasir yang dangkal dengan racun yang terdapat
pada bagian lapisan kulit penutup jari-jari keras dorsal dan ventral.
2.
Ikan
baronang (Siganus sp.) memiliki
kelenjar racun yang terdapat pada sirip keras dorsal dan ventral.
3.
Ikan
pari yang memiliki racun pada duri ekor.
4.
Lele
lokal endemik Indonesia memiliki racun pada jari-jari keras sirip dorsal dan
pektoral.
5.
Ikan
buntal memiliki kelenjar racun pada empedu.
Gambar 12. Ikan Pari
Sumber : Fishbase,
2019
Gambar 13. Ikan Buntal
Sumber : Fishbase,
2019
BAB III
3.1 Kesimpulan
Sistem Integumen atau penutup tubuh ikan terdiri dari kulit yang sebenarnya danderivat-derivatnya. Sistem integumen pada seluruh makhluk hidup merupakan bagian tubuhyang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat makhluk hidup tersebut hidupatau berada. Yang termasuk pada system integumen ikan adalah kulit, sisik, lendir. Kelenjar beracun, pewarnaan dan organ cahaya.Kulit pada ikan di bagi menjadi dua lapisan yaitu lapisan epidermis dan lapisandermis. Pada lapisan epidermis dapat menghasilkan lendir karena ada sel yang berbentuk seperti piala yang bernama mucin. Pada ikan yang tidak memiliki sisik akan menghasilkanlendir yang lebih banyak.Sisik pada ikan di bagi menjadi lima, yaitu sisik placoid, sisik ctenoid, sisik cycloid,sisik ganoid dan sisik cosmoid. Sisik placoid umumnya kasar dan tebal. Biasanya sisik placoid terdapat pada ikan yang sudah punah. Lalu sisik ctenoid dan cycloid yang memilikistruktur sama. Yang membedakannya adalah adanya ctenii pada sisik ctenoid. Ctenii adalahduri-duri pada sisik.Sel khusus yang memberikn warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte(leucophore dan guanophore) dan Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel cerminkarena mengandung bahan yang dapat memantulkan warna di luar tubuh ikan. Selchromathiphora terdapat dalam dermis. Selini mempunyai butir-butir pigmen yangmerupakan sumber warna sesungguhnya.
Terdapat dua sumber cahaya yang dikeluarkan oleh ikan, dan semuanya terdapat padakulit yaitu cahaya yang dihasilkan oleh bakteri yang hidup bersimbiosis dengan ikan dancahaya yang dikeluarkan oleh ikan itu sendiri. Sel pada tubuh ikan yang dapat mengeluarkancahaya disebut photophore.Kelenjar beracun pada ikan merupakan derivate dari kulit yang merupakanmodifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Ikan-ikan yang kelenjar integumennyamengandung racun umumnya dipergunakan ikan untuk mempertahankan diri, menyerangdan mencari makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, D. (2008). Biologi kelompok pertanian.
Bandung: grafindo media pratama.
Burhanuddin,
A.I. 2015. Ikhtiologi, Ikan dan Segala
Aspek Kehidupannya. Yogyakarta: Deepublish
Fishbase. 2019. https://www.fishbase.se/summary/7185.
(Diunduh pada 25 Maret 2019).
Fishbase. 2019. https://www.fishbase.se/summary/8563.
(Diunduh pada 25 Maret 2019).
Fishbase.2019.https://aquaticpath.phhp.ufl.edu/fhm/skin.html#anchor262429.(Diunduh pada 25 Maret 2019).
Fajrin.
2012. http://fajarfajrien.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-sisik-pada ikan.html. Diakses pada 22 Maret 2019
Helfman, G.S., Collete, B.B. dan D. E. Facey. 1997. The Diversity of Fishes.
Blackwell Science. Pp. 528
Izzy, Ragil. 2016. Kulit berfungsi sebagai pertahanan pertama terhadap penyakit. Jurnal perikanan dan lmu kelautan. 5(2):1-12
Kilawati,
Y. dan D. Arfiarti. 2017. Iktiologi
Modern. Malang : UB Press
Nurjannah, suwandi, r., & Yogaswari, V. (2010).
karakteristik kimia dan fisik sisik ikan gurami (osphronemus gouramy) chemical
and physical characteristic scales of carp fish ( osphronemus gouramy). Jurnal
Sumberdaya Perairan. 4(2):7-12.
Pahlawan, I. F., & Kasmudjiastuti, E. (2012). Pengaruh
jumlah minyak terhadap sifat fisis kulit ikan nila (oreochromis niloticus)
untuk bagian atas sepatu. Majalah kulit, karet dan plastik. 28(2):105-111.
Papilon, U. M dan M. Efendi. 2017. Ikan Koi. Jakarta. Penebar Swadaya.
Hlm 140.
Comments
Post a Comment